Ko kira berjalan dengan
kedua kaki itu sesuatu yang gampang ji, sedang kaki bengkak bila dipake
jalan terus menerus tiada henti? ko kira berdiri tegak d iatas kedua
betis itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tida kuat dan
suatu ketika patah? Maka sadari mi, betapa hinanya diri kita manakala
tertidur lelap, ketika sanak saudara di sekitar kita masih banyak yang
tidak bisa tidur karena sakit yang mengganggunya? Pernah ko merasa nista
manakala dapat menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih
banyak orang d isekitar kita yang tidak bisa makan dan minum karena
sakit?
Coba korang pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan kita dari ketulian. Coba renungkan pi dan raba kembali mata ta yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit ta yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan! betapa dahsyatnya fungsi otak kita yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan. Mau ko tukar matamu dengan emas sebesar gunung merapi?, atau menjual pendengaranmu seharga perak satu bukit? Mau ko beli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidahmu?, sampe ko bisu? Mau ko tukar kedua tanganmu dengan untaian mutiara, sementara tanganmu buntung?
Begitulah, sebenarnya kita ada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi kita tidak sadar. Kita tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisah, meski kita masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat. Kita acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga kitapun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa kita mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya kita masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah!
Coba korang pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan kita dari ketulian. Coba renungkan pi dan raba kembali mata ta yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit ta yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan! betapa dahsyatnya fungsi otak kita yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan. Mau ko tukar matamu dengan emas sebesar gunung merapi?, atau menjual pendengaranmu seharga perak satu bukit? Mau ko beli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidahmu?, sampe ko bisu? Mau ko tukar kedua tanganmu dengan untaian mutiara, sementara tanganmu buntung?
Begitulah, sebenarnya kita ada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi kita tidak sadar. Kita tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisah, meski kita masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat. Kita acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga kitapun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa kita mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya kita masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah!
0 komentar:
Posting Komentar
eits, jgn dlu kebur, komentar dlu ches ^^!